LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA
PENENTUAN HARGA
REAKSI MENGGUNAKAN KALORIMETER
SEDERHANA
Disusun oleh
:
NAMA : Ike
Yolanda
KELAS : XI
IPA 3
KELOMPOK :
VI (LIMA)
SMA PLUS NEGERI 7 BENGKULU
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
TAHUN AJARAN 2013/2014
\
A.JUDUL
“PENENTUAN HARGA ∆H
REAKSI MENGGUNAKAN KALORIMETER SEDERHANA
B.TUJUAN
Menentukan
harga ∆H reaksi netralisasi HCL dan NaOH.
C.LANDASAN
TEORI
Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak
sekali menemukan berbagai reaksi kimia. Salah satunya adalah Termokimia. Termokimia
merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi yang terlibat dalam
suatu reaksi kimia. Reaksi kimia
selalu disertai oleh perubahan kalor antara sistem
dengan lingkungannya. Dalam reaksi kimia terdapat pula perubahan
entalpi / energi yang dapat diukur.
Harga perubahan entalpi (∆H) suatu reaksi dapat ditentukan dengan berbagai
cara, antara lain ialah dengan cara kalorimetri,
hukum Hess, dan dengan menggunakan perubahan entalpi pembentukan.
Kalorimetri
adalah pengukuran secara kuantitatif terhadap panas yang masuk selama proses kimia. Pengukuran ini menggunakan
kalorimeter sebagai alat pengukurannya.
Kalorimeter sendiri adalah alat yang dipakai untuk mengukur
panas / kalor yang dikeluarkan atau diserap oleh sistem dalam
suatu reaksi kimia.
Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari wadah yang
bersifat isolator (tidak menyerap kalor). Penggunaan wadah dari bahan
isolator membuat percobaan lebih mudah dilakukan dan data yang dikumpulkan
menjadi lebih sedikit (tanpa adanya data akan kalor yang diserap / dikeluarkan
wadah) .
Karena kalorimeter
dianggap tidak menyerap kalor pada saat reaksi berlangsung, maka kalor yang
diserap dan dikeluarkan oleh wadah dianggap tidak ada dan tak diperhitungkan.
Data H reaksi yang terdapat pada tabel-tabel pada umumnya ditentukan secara
kalorimetri. Jadi, bisa dikatakan bahwa pengukuran dengan cara kalorimetri
adalah cara yang paling sering dipakai dalam dunia kimia.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan panas
disebut dengan kalorimeter. Setiap kalorimeter mempunyai sifat khas
dalam mengukur panas. Ini terjadi karena kalorimeter
tersebut terbuat dari berbagai jenis
seperti gelas, polietena dan logam sehingga mempunyai kemampuan
menyerap panas yang berbeda.
Kalorimeter menyerap
panas, maka tidak semua panas yang terukur. Untuk menentukan berapa
banyaknya panas yang diserap
oleh kalorimeter beserta termometernya, sebelum kalorimeter
digunakan terlebih dahulu perlu diketahui konstanta atau tetapan
kalorimeter yang digunakan dalam percobaan.Salah satu cara untuk menentukan
tetapan kalorimeter adalah dengan mencampurkan volume tertentu air dingin
(massa m1dan suhu T1) dengan volume tertentu air panas (massa m2 dan suhu T2).
Jika kalorimeter tidak menyerap
panas dari campuran ini, maka kalor yang diberikan oleh air panas harus sama
dengan kalor yang diserap oleh air dingin. Harga tetapan kalorimeter
diperoleh dengan membagi jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter dengan
perubahan temperatur .Dengan demikian tetapan kalorimeter (kapasitas panas kalorimeter)
dapat ditentukan.Penentuan kalor reaksi secara kalorimetris
didasarkan pada perubahan suhu larutan dan kalorimeter
dengan prinsip perpindahan kalor, yaitu kalor yang
diberikan sama dengan
jumlah kalor yang diserap.
Kelemahan
kalorimeter adalah dapat menerima panas. Karena itu kalorimeter harus
dikalibrasi menggunakan tetapan yang disebut tetapan kalorimeter. Dengan
menggunakan tetapan kalorimeter ini dapat diukur besarnya kalor yang diserap
oleh kalorimeter sehingga perubahan kalor dalam reaksi dapat diukur secara
keseluruhan.
Pada
tahun1818-1889 james joule yang namanya digunakan sebagaisatuan SI
menentukan bahwa munculnya atau hilangnya sejumlah energi termis diikuti
dengan munculnya atu hilangnyaenergi mekanik yang ekiuvalen,Menurut James Joule
kalor adalah salh satu bentuk energi dandibuktikan melalui percobaan
air dalam calorimeter ternyata kalornya sama dengan usaha
yang dilakukan.satuan kalor yangtimbul dinyatakan dalam satuan kalor
dan usaha yang dilakukanoleh beban dan dinyatakan dalam satuan joule .
Kapasitas
kalor (C) adalah jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah suhu suatu benda
sebesar 1°C. Kapasitas panas bersifat ekstensif yang berarti bahwa jumlahnya
bergantung pada ukuran zat. Kalor jenis (c) adalah jumlah panas yang diperlukan
untuk meningkatkan suhu 1g zat sebesar 1°C. Panas spesifik bersifat intensif
(jumlahnya tidak bergantung pada ukuran zat).
Hubungan kapasitas kalor dan kalor
jenis:
C = m x c
Kalor yang dibebaskan dalam reaksi dapat dihitung dengan
rumus :
Q = m x c x ∆T
|
D.CARA
KERJA
1.Alat
dan Bahan
1.
Kalorimeter
sederhana yang terbuat dari styrofoam.
2.
Gelas
kimia / Gelas ukur.
3.
Penyumbat
kalorimeter yang terbuat dari karet atau gabus.
4.
Thermometer.
5.
NaOH
1 M 25 mL.
6.
HCL
1 M 25 mL.
2.
Cara Kerja
1.
Susun
alat kalorimeter.
2.
Isi
gelas kimia dengan 25 mL NaOH.
3.
Isi
gelas kimia lain dengan 25 mL HCL 1 M. Ukur dan catat suhu setiap larutan.
4.
Tuangkan
25 mL NaOH 1 M ke dalam kalorimeter, disusul 25 mL HCL 1 M, tutup kalorimeter
dengan karet penyumbat, aduk campuran larutan. Catat suhu campuran larutan.
E. HASIL PENGAMATAN
Pengukuran Suhu
|
Suhu
|
Suhu awal NaOH
|
28°C
|
Suhu
awal HCL
|
28°C
|
Suhu awal rata-rata
|
28°C
|
Suhu
akhir
|
31°C
|
F.PEMBAHASAN
Natrium
Hidroksida dicampur dengan
Asam Klorida. Hasilnya, terjadi perubahan suhu menjadi lebih tinggi. Hal itu membuktikan bahwa
pada reaksi ini
terjadi pelepasan energi yang mempengaruhi perubahan suhu pada larutan. Reaksi
tersebut melepas energi dalam bentuk kalor, sehingga suhu larutan tersebut
pun naik
karena panas yang ia lepaskan tersebut.
Berdasarkan praktikum, perubahan suhu sebelum dan sesudah reaksi, nilai ∆H
reaksi dapat diukur menggunakan kalorimeter sederhan/kalorimeter klasik. Hasil
pengamatan saya, apabila 25 mL NaOH dicampurkan dengan 25 mL HCl akan terjadi
proses eksoterm dikarenakan kenaikan suhu yang menyebabkan ∆H negatif.
G.PERTANYAAN
Hitunglah ∆H
reaksi (Diketahui: kalor jenis larutan = kalor jenis air = 4.2 J g-1 k-1.
Kapasitas kalorimeter = 0. Massa Jenis air = 1 gmL-1)
Dik: C = 0
c = 4,2 J g-1 k-1 atau 4,2
J/g k
= 1 gmL
m =
x V
= 1 gmL x 50 mL
= 50 g
∆T = t2 – t1
= 31 – 28
= 3 k
n ` = 25 mL NaOH 1 M = 25 mmol => 0,025 mol
= 25 mL HCl 1 M =
25 mmol => 0,025 mol
n = 0,025 mol
Dit: ∆H =.....???
Jawab:
Q = m x c x ∆T
= 50g x
4,2 J/g k x 3 k
= 630 J → 0,63 kJ
∆H =
=
= -25200 J/mol = -25,2 kj/mol
H.KESIMPULAN
Kalorimeter
adalah alat yang digunakan untuk mengetahui besar energi yang dibebaskan pada
suatu sistem.
Reaktan yang
direaksikan kedalam kalorimeter akan mengubah temperatur campuran reaksi.
Setelah reaksi sempurna, temperatur akhir diukur. Reaksi sempurna ditandai
dengan temperatur maksimum yang terbaca oleh termometer. Dari perubahan
temperatur dan nilai kapasitas panas campuran reaktan, besar kalor reaksi dapat
diperkirakan dengan melakukan praktikum diatas. Reaksi tersebut merupakan reaksi
eksoterm Tandauntuk reaksi adalah negatif ( - ).Perubahan entalpi reaksi
yang di lepaskan atau diserap hanya bergantung kepada keadaan awal dan keadaan
akhir. Semakin tinggi temperature reaksi makin cepat laju reaksinya.Bila
terjadi pelepasan energi dalam bentuk kalor, maka yang terjadi pada percobaan /
reaksi tersebut ialah kenaikan suhu.Besar perubahan harga entalpi sama dengan
besar perubahan kalor, hanya berbeda tanda (+/-).
Daftar
Pustaka
Christine
Tjahjadinata.PERCOBAAN II : PERUBAHAN ENTALPI REAKSI. (online) .
Tersedia .
(03 oktober
2012)
Mutiara Rosa .Laporan percobaan perubahan entalpi
reaksi HCL dan NaOH. (online) . Tersedia .
(03 juni 2012)
1 komentar:
Mantap, Dari sma n 07 kota bengkulu y?
Posting Komentar